Cari Blog Ini

Jumat, 03 Maret 2017

YANG TIDAK MATI SAAT SANGKAKALA DITIUP

             Allah Ta’ala  memberitakan kepada kita bahwa ada yang tidak ikut mati baik dilangit atau di bumi, saat sangkakala ditiup. Karena itu dalam QS Az-Zumar: 68 tersebut disebutkan adanya pengecualian.     
             Para Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang masuk dalam pengecualian ini dalam empat pendapat:
a.       Ibn Hazm beranggapan bahwa mereka yang dikecualikan itu adalah malaikat, sebab malaikat itu menurutnya adalah arwah yang tidak memiliki arwah, sehingga memang tidak mati.
b.      Muqatil dan lainnya berpendapat bahwa yang tidak meninggal itu adalah sebagian malaikat, yaitu; Jibra’il, Mika’il, Israfil, malaikat pencabut nyawa. Sebagian Ulama menambahkan para pengusung arsya.
c.       Imam Ahmad menilai, mereka yang dikecualikan Allah adalah penghuni surga dari bidadari dan anak-anak, serta penghuni neraka dari ular, kalajengking dan sejenisnya.
d.      Abul Abbas al-Qurthubi condong kepada bahwa yang dimaksud itu adalah orang-orang yang sudah meninggal, sebab mereka tidak merasa, sehingga tidak ikut pingsan.
             Sebagian Ulama menyatakan yang lebih utama adalah tawaqquf dalam menetapkan mereka yang dikecualikan Allah, tidak pingsan saat mendengar sangkakala ditiup. Karena tidak ada nash yang shahih yang diriwayatkan dalam hal ini bisa dijadikan pegangan.
             Ibn Taimiyah mengatakan, “Adapun pengecualian maka ia bisa mencakup yang ada di surga dari bidadari, sebab di surga tidak ada kematian, juga mencakup selain mereka. Tidak mungkin memastikan semua yang dikecualikan Allah, sebab Allah Ta’ala menyebutkan secara mutlak dalam kitabnya, dan Nabi juga tawaqquf (tidak menjelaskan) tentang Musa apakah ia termasuk yang dikecualikan atau tidak. Jika Nabi tidak menjelaskan semua yang di kecualikan Allah, tentu kita tidak akan bisa memastikannya. Sehingga hal ini seperti ilmu tentang kapan kiamat dan orang perorang dari kalangan para nabi, dan sejenisnya dari perkara-perkara yang tidak dijelaskan oleh Allah. Ilmu ini tidak bisa diketahui kecuali dengan berita, wallahu a’lam.” (Majmu’ Fatawa, 4/261).

Disarikan dari kitab al-Yaumu al-Akhir wa al-Qiyamatu al-Kubra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar