Cari Blog Ini

Selasa, 07 Maret 2017

Delapan Kitab Penjelasan Shahih Al Bukhari


          Sumber hukum kedua dalam Islam adalah Hadits, ucapan maupun perbuatan Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam (SAW). Banyak ulama yang meriwayatkan Hadits-Hadits Rasulullah. Sebut saja Imam Bukhari.
          Untuk mencerrna maksud ribuan Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari itu, beberapa ulama membuat penjelasan (syarh) dalam kitab-kitabnya. Ada delapan kitab syarh Hadits yang diriwatkan Imam Bukhari.
1.      A’lam As Sunan
    Merupakan syarh (penjelasan) Shahih Bukhari pertama, yang ditulias oleh Imam al Khitabi(388 H), seorang ulama Hadits dan Fikih yang berasal dari Kabul, Afganistan.
    Manuskrip (tulisan tangan) kitab ini, terdiri dari dua jilid, dengan jumlah 1500 halaman. Di samping dikenal dengan nama A’lam as Sunan, ada juga yang menyebut kitab ini dengan Tafsir Ahadits al Jami’ as Shahih li al Bukhari.
    Seorang sarjana muslim, Dr.Yusuf al Kattani, telah melakukan tahqiq (studi manuskrip) terhadap karya ini. Karena tidak termasuk karya langka, beliau bisa mendapatkan manuskrip A’lam as Sunan atas bantuan beberapa ulama Afganistan.
    Manuskrip lain juga ditemukan di perpustakaan Rabat Maroko no.1180, juga di beberapa perpustakaan di Istanbul Turki. Dar Ibnu Hazm Beirut menggabungkan kitab ini dengan Sunan Abu Dawud, yang dicetak pada tahun 1997
2.      Syarh Ibnu Batthal
    Tidak ada nama khusus bagi syarh ini. Oleh karena itu, popular dengan nama Syarah Shahih al Bukhari li Ibni Batthal.
    Abu Tamin Yasin bin Ibrahim, muqaqiq kitab ini, menyebutkan bahwa Syarh Ibnu Batthal termasuk syarah Shahih al Bukhari awal, karena diketahui bahwa Ibnu Batthal sendiri wafat pada  449 H.
    Ibnu Batthal juga menukil pendapat dari para ulama yang jarang dinukil, seperti Ibnu Jarir at Thabari, Ibnu al Mundzir, Ismail bin Ishak, dan Ibnu Al Qishar
    Beliau juga menyebutkan atsardari para sahabat dan tabi’in dalam menafsirkan ayat dan Haditsdalam Shaih al Bukhari, juga menyebutkan pendapat para salaf dalam masalah khilaf, serta menyebutkan pendapat yang beliau rajihkan
3.      Kawakib Ad Durari
    Kitab ini ditulis oleh Imam Karmani (789 H). Beliau memperolah nama kitab ini setelah melakukan tawaf di Baitullah. Beliau menulis kitab ini karena merasa bahwa saat itu belum adayang menulis syarh Shahih Al Bukhari yang lengkap, sebagaimana yang telah beliau katakan dalam mukadimah kitab.
    Kawakib ad Durari adalah kitab yang paling banyak dirujuk oleh Ibnu Hajar dalam Fathul al Bari serta Badruddin al Aini dalam Umdah al Qari. Ibnu Hajar rmengatakan bahwa Kawatib ad Durari adalah Syarah Shahih Bukhari yang amat bermanfaat.
    Kitab ini tergolong cukup besar. Terdiri dari 25 juz, yang telah dijadikan menjadi tujuh jilid oleh penerbit Mesir, Tab’ah al Mishriyah.
    Seperti beberapa kitab syarh yang lain, Kawakib ad Durari menjelaskan judul; para periwayat serta makna dari matan (isi periwayatan) Hadist, masalah fikih sertaserta permasalahan fur’. Di samping memuji buku ini, Ibnu Hajar juga mengkritik, Imam Karmani yang hanya menukil dari bukubukan dari para ulamadan guru
4.      Fathu Al Bari
    Ditulis oleh Hafidz Ibnu Hajaral Atsqalani (852H). Tenggat waktu penulisan mukadimahnya yang bernama Hadyu as Sari telah memakan waktu lima tahun dan beliau membutuhkan waktu 25 tahun untuk menyelesaikan seluruhnya.
    Kitab ini mendapat kritikan dari Badruddin al Aini, muhadits yang hidup semasa dengan Ibnu Hajar. Kritikan itu ditulis al’Ainidalam Umdah al Qari, yang juga merupakan salah satudari kitab-kitab yang mensyarh Sahih al Bukhari. Tapi kritikan itu telah dijawab oleh Ibnu Hajar dalam karya beliau al Istinshaf ‘Ala ‘Atha’in al ‘Aini.
    Fathu al Bari adalah syarh Shahih al Bukhari yang paling banyak dikenal dan dirujuk oleh para penuntut ilmu keislaman hingga saat ini. Maka tidaklah mengherankan jika kitab itu dijuluki sebagai “Qomus as Sunnah” alias kamusnya Sunnah. Dalam Fathu al Bari, Ibnu Hajar di samping menjelaskan makna-makna dalam Hadits, beliau juga beliau juga menjelaskan makna bab, asbab al wurud, kesimpulan hukum dari Hadits tersebut, serta khilaf para ulama dari masalah hukum yang berhubungan dengan Hadits.
5.      Umdah Al Qari
    Ditulis oleh Badru ad Dien al Aini (855H), seorang ulama Madzhab Hanafi yang memiliki hubungan amat dekat dengan Ibnu Hajaral Atsqalani. Dalam Umdah al Qari, al Aini mengkritik Fathu al Bari. Beliau juga lebih mengutamakan Umdah al Qari, disbanding dengan syarh Bukhari sebelumnya.
    Dalam Umdah al Qari, al Aini juga mengkritik khutbah Ibnu Hajar dalam  mukadimah Fathu al Bari, dan hal itu telah dijawab beliau dalam Intiqadhul I’tiradh, yang belum sempat beliau sempurnakan ,karena meninggal. Akan tetapi para ulama menilai bahwa jawaban Ibnu Hajar terhadap kritikan itu amat kuat.
    Secara fisik, kitab ini lebih besar dan tebal , jika dibanding dengan Fathu al Bari. Walau begitu, beberapa kalangan menilai bahwa Umdah al Qari jugabanyak merujukdari Fathu al Bari. Oleh sebab itu, Syeik Zahid al Kautsari, ulama Daulah Utsmaniyah yang bermadzhab Hanafi, berpendapat bahwa Umdah al Qari lebih lengkap dari Fathu al Bari
6.      At Tausyih Ala Al Jami’ As Shahih
    Adalah syarh Shahih al Bukhari yang ditulis oleh Imam as Suyuthi (911 H), salah seorang hafidz Hadits di era akhir, yang juga menjadi salah satu murid Ibnu Hajar al Atsqalani.
    Dalam kitab ini, Imam as Suyuthi menjelaskan kata-kata sulit dan asing dalam Hadits Shahih Bukhari, serta menjelaskan perdaan riwayat Bukhari, serta tambahan riwayat yang berada diluar periwayatan Imam Bukhari
7.      Irsyad As Sari
    Merupakan ringkasan atas Fathu al Bari dan Umdah al Qari. Ditulis oleh al Qasthalani, ulama madzhab Syafi’i yang wafat pada 923 H.
    Irsyad as Sari merupakan rujukan dalam bidang fikih Hadits, dimana penulisnya menjelaskan sanad (jalur periwayatan) dan matan (isi periwayatan) Termasuk penjelasan akan kosakata, serta hokum yang bisa di ambil dari Hadits yang merujuk kepada pendapat ulama dan ahli fikih (fuqaha).
    Sebagian syarh yang lain, Irsyad as Sari termasuk karya yang amat tebal. Dar al Kutub al Ilmiyah menvetaknya menjadi 15 jilid, dengan jumlah halaman sebanyak 8448. Namun ada juga penerbit yang menyertakan Syarh Shahih Muslim dalam hamish (catatan kaki) Irsyad As Sari

8.      Faidhu Al Bari
    Ditulis oleh Anwar Syah al Kashmiri, muhadits India (1352 H), yang sekaligus guru dari mufti Pakistan, Muhammad Syafi’
    Beliau memiliki kemampuan yang cukup dalam men-syarh Shahih al Bukhari, karena sebelumnya beliau sudah mempelajari dengan detail tentang kitab Shahih al Bukhari tidak kurang dari 13 kali. Disamping itu, beliau juga telah mempelajari seksama syarh Shahih al Bukhari yang telah dituliskan sebelumnya yaitu; Fathu al Bari, Umdah al Qari serta Irsyadu As Sari, juga Syarh selainnya yang mencapai sekitar 30 judul kitab.
    Syaik Abdul Fattah Abu Guddah menyebutkan , karena penguasaan beliau terhadap Fathu Al Bari dan Umdah Al Qari, maka kedua kitab itu seakan-akan sudah berada diluar kepala. Dan beliau telah mengajarkan Faidhu al Bari lebih dari 20 kali.