Sumber hukum kedua dalam Islam adalah
Hadits, ucapan maupun perbuatan Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam (SAW). Banyak ulama yang meriwayatkan
Hadits-Hadits Rasulullah. Sebut saja Imam Bukhari.
Untuk mencerrna maksud ribuan Hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhari itu, beberapa ulama membuat penjelasan (syarh)
dalam kitab-kitabnya. Ada delapan kitab syarh Hadits yang diriwatkan Imam
Bukhari.
1.
A’lam As Sunan
Merupakan
syarh (penjelasan) Shahih Bukhari pertama,
yang ditulias oleh Imam al Khitabi(388 H), seorang ulama Hadits dan Fikih yang
berasal dari Kabul, Afganistan.
Manuskrip
(tulisan tangan) kitab ini, terdiri dari dua jilid, dengan jumlah 1500 halaman.
Di samping dikenal dengan nama A’lam as
Sunan, ada juga yang menyebut kitab ini dengan Tafsir Ahadits al Jami’ as
Shahih li al Bukhari.
Seorang sarjana
muslim, Dr.Yusuf al Kattani, telah melakukan tahqiq (studi manuskrip) terhadap karya ini. Karena tidak termasuk
karya langka, beliau bisa mendapatkan manuskrip A’lam as Sunan atas bantuan beberapa ulama Afganistan.
Manuskrip lain
juga ditemukan di perpustakaan Rabat Maroko no.1180,
juga di beberapa perpustakaan di Istanbul Turki. Dar Ibnu Hazm Beirut menggabungkan
kitab ini dengan Sunan Abu Dawud, yang dicetak pada tahun 1997
2. Syarh
Ibnu Batthal
Tidak ada nama khusus bagi syarh ini. Oleh karena itu, popular dengan
nama Syarah Shahih al Bukhari li Ibni Batthal.
Abu Tamin Yasin bin Ibrahim, muqaqiq kitab
ini, menyebutkan bahwa Syarh Ibnu Batthal termasuk syarah Shahih al Bukhari
awal, karena diketahui bahwa Ibnu Batthal sendiri wafat pada 449 H.
Ibnu Batthal juga menukil pendapat dari para
ulama yang jarang dinukil, seperti Ibnu Jarir at Thabari, Ibnu al Mundzir,
Ismail bin Ishak, dan Ibnu Al Qishar
Beliau juga menyebutkan atsardari para
sahabat dan tabi’in dalam menafsirkan
ayat dan Haditsdalam Shaih al Bukhari, juga menyebutkan pendapat para salaf
dalam masalah khilaf, serta menyebutkan pendapat yang beliau rajihkan
3. Kawakib
Ad Durari
Kitab ini ditulis oleh Imam
Karmani (789 H). Beliau memperolah nama kitab ini setelah melakukan tawaf di
Baitullah. Beliau menulis kitab ini karena merasa bahwa saat itu belum adayang menulis
syarh Shahih Al Bukhari yang lengkap,
sebagaimana yang telah beliau katakan dalam mukadimah kitab.
Kawakib ad Durari adalah kitab yang paling
banyak dirujuk oleh Ibnu Hajar dalam Fathul al Bari serta Badruddin al Aini
dalam Umdah al Qari. Ibnu Hajar rmengatakan
bahwa Kawatib ad Durari adalah Syarah Shahih Bukhari yang amat bermanfaat.
Kitab ini tergolong cukup besar. Terdiri dari
25 juz, yang telah dijadikan menjadi tujuh jilid oleh penerbit Mesir, Tab’ah al
Mishriyah.
Seperti beberapa kitab syarh yang lain, Kawakib ad Durari menjelaskan judul;
para periwayat serta makna dari matan (isi periwayatan) Hadist, masalah fikih
sertaserta permasalahan fur’. Di samping
memuji buku ini, Ibnu Hajar juga mengkritik, Imam Karmani yang hanya menukil
dari bukubukan dari para ulamadan guru
4. Fathu
Al Bari
Ditulis oleh Hafidz Ibnu Hajaral
Atsqalani (852H). Tenggat waktu penulisan
mukadimahnya yang bernama Hadyu as Sari telah memakan waktu lima tahun dan
beliau membutuhkan waktu 25 tahun untuk menyelesaikan seluruhnya.
Kitab ini mendapat kritikan dari Badruddin al
Aini, muhadits yang hidup semasa dengan Ibnu Hajar. Kritikan itu ditulis al’Ainidalam
Umdah al Qari, yang juga merupakan salah satudari kitab-kitab yang mensyarh
Sahih al Bukhari. Tapi kritikan itu telah dijawab oleh Ibnu Hajar dalam karya
beliau al Istinshaf ‘Ala ‘Atha’in al ‘Aini.
Fathu al Bari adalah syarh Shahih
al Bukhari yang paling banyak dikenal dan dirujuk oleh para penuntut ilmu
keislaman hingga saat ini. Maka tidaklah mengherankan jika kitab itu dijuluki
sebagai “Qomus as Sunnah” alias kamusnya Sunnah. Dalam Fathu al Bari, Ibnu
Hajar di samping menjelaskan makna-makna dalam Hadits, beliau juga beliau juga
menjelaskan makna bab, asbab al wurud, kesimpulan hukum dari Hadits tersebut, serta
khilaf para ulama dari masalah hukum yang berhubungan dengan Hadits.
5. Umdah
Al Qari
Ditulis oleh Badru ad Dien al Aini (855H), seorang
ulama Madzhab Hanafi yang memiliki hubungan amat dekat dengan Ibnu Hajaral
Atsqalani. Dalam Umdah al Qari, al Aini mengkritik Fathu al Bari. Beliau juga lebih
mengutamakan Umdah al Qari, disbanding dengan syarh Bukhari sebelumnya.
Dalam Umdah al Qari, al Aini juga mengkritik
khutbah Ibnu Hajar dalam mukadimah Fathu
al Bari, dan hal itu telah dijawab beliau dalam Intiqadhul I’tiradh, yang belum
sempat beliau sempurnakan ,karena meninggal. Akan tetapi para ulama menilai
bahwa jawaban Ibnu Hajar terhadap kritikan itu amat kuat.
Secara fisik, kitab ini lebih besar dan tebal
, jika dibanding dengan Fathu al Bari. Walau begitu, beberapa kalangan menilai
bahwa Umdah al Qari jugabanyak merujukdari Fathu al Bari. Oleh sebab itu, Syeik
Zahid al Kautsari, ulama Daulah Utsmaniyah yang bermadzhab Hanafi, berpendapat
bahwa Umdah al Qari lebih lengkap dari Fathu al Bari
6. At
Tausyih Ala Al Jami’ As Shahih
Adalah syarh Shahih al Bukhari
yang ditulis oleh Imam as Suyuthi (911 H),
salah seorang hafidz Hadits di era akhir, yang juga menjadi salah satu murid
Ibnu Hajar al Atsqalani.
Dalam kitab ini, Imam as Suyuthi menjelaskan
kata-kata sulit dan asing dalam Hadits Shahih Bukhari, serta menjelaskan
perdaan riwayat Bukhari, serta tambahan riwayat yang berada diluar periwayatan Imam
Bukhari
7. Irsyad
As Sari
Merupakan ringkasan atas Fathu al Bari dan
Umdah al Qari. Ditulis oleh al Qasthalani, ulama madzhab Syafi’i yang wafat
pada 923 H.
Irsyad as Sari merupakan rujukan
dalam bidang fikih Hadits, dimana penulisnya menjelaskan sanad (jalur
periwayatan) dan matan (isi periwayatan) Termasuk penjelasan akan kosakata,
serta hokum yang bisa di ambil dari Hadits yang merujuk kepada pendapat ulama
dan ahli fikih (fuqaha).
Sebagian
syarh yang lain, Irsyad as Sari termasuk karya yang amat tebal. Dar al Kutub al
Ilmiyah menvetaknya menjadi 15 jilid,
dengan jumlah halaman sebanyak 8448.
Namun ada juga
penerbit yang menyertakan Syarh Shahih Muslim dalam hamish (catatan kaki)
Irsyad As Sari
8.
Faidhu Al Bari
Ditulis
oleh Anwar Syah al Kashmiri, muhadits India (1352
H), yang
sekaligus guru dari mufti Pakistan, Muhammad Syafi’
Beliau memiliki
kemampuan yang cukup dalam men-syarh Shahih al Bukhari, karena sebelumnya beliau
sudah mempelajari dengan detail tentang kitab Shahih al Bukhari tidak kurang
dari 13 kali. Disamping itu, beliau juga telah mempelajari seksama syarh Shahih
al Bukhari yang telah dituliskan sebelumnya yaitu; Fathu al Bari, Umdah al Qari
serta Irsyadu As Sari, juga Syarh selainnya yang mencapai sekitar 30 judul
kitab.
Syaik Abdul
Fattah Abu Guddah menyebutkan , karena penguasaan beliau terhadap Fathu Al Bari
dan Umdah Al Qari, maka kedua kitab itu seakan-akan sudah berada diluar kepala.
Dan beliau telah mengajarkan Faidhu al Bari lebih dari 20 kali.